KEPUASAN KERJA img : cleverism.com |
Apakah pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan? Benarkah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ada baiknya kita
menengok sekilas tentang siklus kehidupan organisasi dan sumber daya manusia
perusahaan.
Siklus kehidupan organisasi (Organisational
Life Cycle), dimulai dari tahap kelahiran organisasi (organizational birth), pertumbuhan
organisasi (organizational growth), penurunan
organisasi (organizational decline),
dan kematian organisasi (organizational
death). Selanjutnya, dalam
setiap tahap siklus kehidupan organisasi tersebut faktor Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor
sumber daya yang sangat penting di samping sumber daya perusahaan yang lainnya.
Secanggih apa pun
teknologi yang ada dan digunakan oleh suatu perusahaan, sebesar
apa pun modal usaha yang diperlukan, namun keberadaan SDM tetap menjadi prioritas utama, karena SDM merupakan
pelaku dan faktor penentu lancarnya sebuah organisasi.
Perusahaan yang menganggap SDM sebagai salah satu asset
perusahaan, tentu hal ini mendorong para manajer perusahaan untuk berusaha
semaksimal mungkin mengelola SDM. Hal ini dimaksudkan agar
SDM yang ada mampu menghasilkan output semaksimal mungkin dalam usaha
mencapai tujuan perusahaan.
Upaya manajer perusahaan dalam mengelola SDM tentu
dimulai dengan suatu perencanaan yang matang hingga mencapai tahap pengembangan
SDM, dengan harapan SDM yang ada dapat berkontribusi sebesar-besarnya bagi perusahaan.
Pengukuran tingkat kontribusi SDM pada perusahaan dapat dilihat dan dievaluasi
melalui penilaian kinerja karyawan secara periodik tertentu dan terus menerus,
sehingga penilaian tersebut efektif sebagai alat ukur.
Hasil penilaian
kinerja karyawan pada umumnya berbeda-beda antara karyawan yang satu dengan
yang lainnya. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga
manajer perusahaan harus benar-benar mampu dalam mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor
tersebut
yang kemudian dilanjutkan
dengan tindakan penanganan yang efektif pula.
Secara umum banyak
sekali faktor-faktor yang dapat
dan sering mempengaruhi
kinerja karyawan, dan salah satu contohnya adalah faktor kepuasn kerja.
Mengapa demikian? Kepuasan kerja
merupakan sesuatu hal yang diharapkan
oleh setiap karyawan di perusahaan. Biasanya, karyawan yang merasa puas dapat
mengarahkan karyawan pada kondisi diri yang positif seperti merasa semangat dan
giat dalam bekerja.
Mengingat pentingnya kepuasan kerja karyawan, maka
kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian
pimpinan perusahaan. Dalam kenyataannya banyak pimpinan perusahaan belum
sepenuhnya menyadari pengaruh dan arti penting dari kepuasan kerja. Bahkan perusahaan masih menganggap SDM sebagai biaya (cost) bagi perusahaan, sehingga pengelolaan SDM yang ada belum
maksimal dilakukan.
Pengelolaan SDM yang kurang maksimal dapat mengakibatkan tingkat
kepuasan kerja juga kurang maksimal. Jika kepuasan kerja tidak maksimal akan
berpengaruh pada pencapaian
kinerja karyawan
yang juga kurang maksimal.
Benarkah demikian? Sejauh manakah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas,
selanjutnya dalam artikel ini akan dipaparkan secara rinci tentang definisi
kepuasan kerja, faktor-faktor dalam kepuasan kerja, dimensi pengukuran kepuasan kerja, dan pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan.
Paparan materi dalam artikel ini penulis
mengacu pada teori yang disampaikan oleh beberapa ahli dan diperkuat oleh hasil
penelitian oleh beberapa peneliti tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan.
A. DEFINISI
KEPUASAN KERJA
Menurut Luthans (2006:243), kepuasan kerja adalah
keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian
pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari
persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang
dinilai penting.
Handoko
(1992) dalam Sutrisno (2009:79), menyebutkan kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan dalam memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan
segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerja.
Pendapat
Tiffin (1958) dalam Sutrisno (2009:81), kepuasan kerja berhubungan erat dengan
sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerja sama
antara pimpinan dengan sesama karyawan.
Rivai
dan Mulyadi (2010:246), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian dari
pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan
kebutuhannya.
As’ad (2004), mendefinisikan
kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaan. Kepuasan kerja adalah suatu perasaan
positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya (Robbins, 2008).
Steve M.
Jex (2002:131) mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai “tingkat afeksi positif seorang pekerja terhadap pekerjaan dan
situasi pekerjaan.” Bagi Jex, kepuasan kerja melulu berkaitan dengan sikap
pekerja atas pekerjaannya. Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan
perilaku. Aspek kognitif kepuasan kerja adalah kepercayaan pekerja tentang
pekerjaan dan situasi pekerjaan: Bahwa
pekerja yakin bahwa pekerjaannya menarik, merangsang, membosankan atau
menuntut. Aspek perilaku pekerjaan adalah kecenderungan perilaku pekerja atas pekerjaannya yang ditunjukkan
lewat pekerjaan yang dilakukan, terus bertahan di posisinya, atau bekerja
secara teratur dan disiplin.
Barbara A. Fritzsche and Tiffany J. Parrish
(2005:180) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “... variabel afektif yang
merupakan hasil dari pengalaman kerja seseorang.” Fritsche and Parrish juga
mengutip Locke (1976) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “...
keadaan emosional yang positif dan menyenangkan yang dihasilkan dari
penghargaan atas pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka kepuasan
kerja merupakan suatu kondisi emosional yang mengarahkan pada sikap positif
seseorang dalam menilai pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerja.
B. FAKTOR-FAKTOR DALAM KEPUASAN KERJA
Kepuasan setiap
individu karyawan memiliki tingkatan yang berbeda, karena faktor-faktor yang
mempengaruhi pun juga dapat berbeda–beda. Misalnya
ada individu yang merasa puas karena besaran gaji, namun ada individu lain
merasa puas karena faktor lingkungan kerjanya.
Menurut Kreitner
dan Kinicki (2005),
menyebutkan bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau
respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung
pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya
seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak
puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.
Faktor yang memberikan kepuasan kerja
menurut Blum (1956), dalam (As’ad,
2004: 114), adalah sebagai
berikut:
1. Faktor
individual, meliputi
umur, kesehatan, watak dan harapan;
2. Faktor
sosial, meliputi hubungan kekeluargaan,
pandangan masyarakat, kesempatan berkreasi, kegiatan perserikatan pekerja,
kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan;
3. Faktor
utama dalam pekerjaan,
meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan
untuk maju.
Selain itu juga penghargaan terhadap
kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan
konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi
maupun tugas.
Selanjutnya
pendapat dari Gilmer (1966) dalam As’ad
(2004:114-115) dan Sutrisno (2009:82-84)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:
1. Kesempatan
untuk maju.
Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan
untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama kerja;
2. Keamanan
kerja.
Faktor ini sering disebut sebagai
penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang
aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja;
3. Gaji.
Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan
kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya;
4. Perusahaan
dan manajemen.
Perusahaan dan manajemen yang baik
adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini
yang menentukan kepuasan kerja karyawan;
5. Pengawasan (Supervise).
Bagi karyawan, supervisor dianggap
sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat
berakibat absensi dan turn over;
6. Faktor Instrinsik dari Pekerjaan.
Atribut yang ada pada pekerjaan
mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan
tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan;
7. Kondisi
kerja.
Termasuk di sini adalah kondisi
tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir;
8. Aspek
sosial dalam pekerjaan.
Merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas
dalam kerja;
9. Komunikasi.
Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan
pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun
prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap
kerja;
10. Fasilitas.
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana
pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat
dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :
1. Faktor
psikologis, merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam
bekerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan ketrampilan.
2. Faktor sosial, merupakan
faktor yang berhubungan dengan interaksi social baik antara sesama karyawan,
maupun dengan atasannya.
3. Faktor fisik, merupakan
faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis
pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur
dan sebagainya.
4. Faktor finansial, merupakan
faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang
meliputi system dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan,
fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya (Sutrisno, 2009:86).
Berdasarkan uraian di atas tentang
faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja tiap-tiap individu atau karyawan
berbeda faktor dan tingkatannya, maka selayaknya bagi manajer perusahaan sangat
perlu mempelajari dan memahami
karakteristik dari masing-masing SDM yang ada dalam perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar masing-masing individu dapat terpenuhi kebutuhan yang dapat memuaskan
dirinya, sehingga para karyawan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.
C. TUJUAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA
Seperti dalam penjelasan sebelumnya
bahwa kepuasan kerja karyawan dapat dilihat dan nampak dari sikap positif
karyawan. Menurut Kuswadi (2004:55-56), kepuasan
kerja perlu dipantau dengan cara mengukur tingkat kepuasan kerja karyawan.
Tujuan pengukuran kepuasan kerja bagi para karyawan adalah :
1. Mengidentifikasi kepuasan karyawan
secara keseluruhan, termasuk kaitannya dengan
tingkat urutan prioritasnya (urutan faktor atau atribut tolok ukur kepuasan yang dianggap
penting bagi karyawan). Prioritas yang dimaksud dapat
berbeda antara para karyawan dari berbagai bidang dalam organisasi yang sama dan antara organisasi yang
satu dengan yang lainnya.
2. Mengetahui persepsi setiap karyawan
terhadap organisasi atau perusahaan. Sampai
seberapa dekat persepsi tersebut sesuai dengan harapan mereka dan bagaimana perbandingannya dengan
karyawan lain.
3. Mengetahui atribut–atribut mana yang
termasuk dalam kategori kritis (critical
perfoment attributes) yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan karyawan. Atribut yang
bersifat kritis tersebut merupakan prioritas untuk
diadakannya peningkatan kepuasan karyawan.
4. Apabila memungkinkan, perusahaan
atau instansi dapat membandingkannya dengan
indeks milik perusahaan atau instansi saingan atau yang lainnya.
D. DIMENSI
PENGUKURAN KEPUASAN KERJA
Dimensi
pengukuran kepuasan kerja ada bermacam-macam, dan dalam artikel ini penulis
mengambil satu contoh dimensi pengukuran kerja menurut Marihot T.E Hariandja.
Dimensi
pengukuran kepuasan kerja menurut
Marihot T.E Hariandja (2005:290-291), menyebutkan kepuasan kerja adalah sejauh
mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam factor atau dimensi
dari tugas-tugas dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja berkaitan dengan beberapa
aspek, yaitu :
1. Gaji, yaitu
jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja
apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.
2. Pekerjaan
itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan
seseorang apakah memiliki elemen yang memuaskan.
3. Rekan
kerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa
berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan rekan
kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.
4. Atasan, yaitu
seseorang yang senantiasa memberi perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan
kerja. Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan bagi seseorang atau
menyenangkan dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
5. Promosi, yaitu
kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan jabatan. Seseorang
dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk naik jabatan atau tidak,
proses kenaikan jabatan kurang terbuka atau terbuka. Ini juga dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.
6. Lingkungan kerja, yaitu
lingkungan fisik dan psikologis.
E. PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP
KINERJA
Pemenuhan
kebutuhan kepuasan kerja bagi karyawan perlu mendapat perhatian dan harus
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Hal ini untuk menghindari dampak-dampak
yang tidak diinginkan yang dapat merugikan karyawan yang pada akhirnya dapat
merugikan perusahaan. Selain itu faktor kepuasan kerja juga dapat
mempengaruhi tingkatan hasil
pencapaian kinerja masing-masing individu atau karyawan.
Berikut ini beberapa pendapat dari
para ahli yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Menurut
Sutrisno (2009:88), dampak kepuasan dan
ketidapuasan kerja adalah :
1.
Dampak terhadap
produktivitas
2.
Dampak terhadap
ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja
3.
Dampak terhadap kesehatan.
Menurut Umar (2004) dalam
Triton (2009:164), kepuasan kerja perlu dipantau dampaknya dengan mengaitkannya
pada output yang dihasilkannya,
misalnya:
1.
Kepuasan kerja dengan
produktivitas
2. Kepuasan kerja dengan turn over
3.
Kepuasan kerja dengan absensi
4.
Kepuasan kerja dengan efek
lainnya seperti dengan kesehatan fisik-mental, kemampuan mempelajari pekerjaan
baru, dan kecelakaan kerja.
Wexley
dan Yukl
dalam Waridin dan Masrukhin (2006), mengatakan kepuasan kerja sangat berkaitan erat antara sikap
pegawai terhadap berbagai faktor
dalam pekerjaan, antara lain situasi kerja, pengaruh sosial dalam kerja,
imbalan dan kepemimpinan serta faktor
lain. Kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya.
Ivancevich
(2008:12), menyebutkan bahwa kepuasan
karyawan tidak secara otomatis dapat
meningkatkan produktivitas, walaupun ketidakpuasan karyawan cenderung menurunkan
produktivitas, lebih sering mangkir dan menghasilkan
kualitas lebih rendah dari pada karyawan yang puas.
Selain berdasarkan
beberapa teori di atas, berikut hasil penelitian dari beberapa peneliti tentang
pengaruh kepuasan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Noviani Cipta Dewi dan Edy Mulyantomo (2013), Mulyanto
dan Sutapa Hardaya
(2009), dan A.Soegihartono (2012), oleh Duserick (2007), Bartram and Gian
(2007), Stephen, dkk (2007), Zeffane, et.all (2008), Nancy and Eleana (2009), Lolita,
et.all (2009), Yang, et.all (2010), Singh (2013), Yang, et.all (2014), diperoleh hasil tentang arti pentingnya kepuasan kerja dan telah membuktikan bahwa
kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan teori dari beberapa ahli dan hasil
penelitian di atas tentang adanya pengaruh kepuasan terhadap kinerja karyawan,
maka seyogyanya hal ini mendorong para manajer perusahaan untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi kemungkinan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan kerja bagi karyawan. Hal ini dimaksudkan agar kinerja karyawan dapat ditingkatkan dalam usaha
pencapaian tujuan perusahaan.
Demikian artikel ini yang membahas tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan. Penulis
berharap artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi praktisi
manajer perusahaan agar memperhatikan faktor kepuasan kepuasan kerja karyawan
agar kinerja karyawan tercapai secara maksimal. Selain itu penulis juga
berharap artikel ini dapat menjadi rujukan para praktisi akademisi dan para
mahasiswa pada bidang ilmu yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. Tehnikkepemimpinan.Http://tehnikkepemimpinan.blogspot.com/2013/10/teori-kepuasan-kerja.html.
As'ad. 2004. Psikologi Industri.
Yogyakarta :
Liberti
Bartram, Timothy and Gian Casimir. 2007. The Relationship
Between Ladership
and Follower In-Role Performance
and Satisfaction
with The Leader: The
mediating Effects of Empowerment
and Trust in The Leader. Leadership&Organization Development Journal. Vol.28, No.1.pp: 4-19.
Duserick, Frank.2007.
The Impact of Effective Strategic
Planning and Leadership on Employee Satisfaction. Competition Forum. Vol.5, No.1.pp:243-252
Hariandja, Marihot T. E. 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia Pengadaan, pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkaan
produktivitas Pegawai. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Grasindo.
Ivancevich,
John, M, Konopaske, & Matteson. 2008. Perilaku
dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Kuswadi. 2004. Cara
Mengukur Kepuasan Kerja Karyawan. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo
Kreitner dan Kinicki.
2005. Perilaku Organisasi. Jakarta:Salemba
Empat.
Lolita, Mancheno-Smoak, et.all.
2009. The Individual Cultural Values and Job Satisfaction of the
Transformational Leader. Organization Development Journal. Vol. 27, No.3, pp:9-21.
Luthans, Fred.2006. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Yogyakarta: Andi Publisher
Masrukin dan Waridin. 2006. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan
Kerja, Budaya Organisasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7, No.2.
Papalexandris, Nancy Leadership's Impact
on Employee Eengagement: Differences Among
Entrepreneurs and Professional CEOs. Leadership&Organization Development Journal. Vol.30, No.4, pp:365-385.
Rivai,
Veitzal dan Deddy Mulyadi. 2010. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi
ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Stephen,Betts C and Santoro, Michael D. 2007. Integrating
Leadership Theories and Team Research: A Conceptual Framework Based on Level of
Analysis and Type of Control. Journal of Organizational Culture,Communication and Conflict, Vol. 11, No.1, pp:1-17.
Sutrisno, Edy.2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan I. Jakarta: PT. Kencana Media Group.
Triton. 2009. Mengelola
Sumber Daya Manusia. Cetakan I. Magelang: ORYZA.
Yang, Li-Ren, et. all. 2010. Relationships among
project manager’s leadership style, team interaction and project performance in
the Taiwanese server industry. Research
Paper. Qual Quant, Vol. 46, pp: 207–219. Published
online.
Yang, Feng-Hua, et. All. 2014. Examining
The Mechanisme Linking Behavioral Integrity and Affective Commitment; The
Mediating Role of Charismatic Leadership. International Journal of Organizational Innovation (Online), Vol.6, No.3.pp:153-173.
Zeffane, Rachid and Rashid Al Mehairi. 2008. Exploring The Differential
Impact of Job Satisfaction
on Employee Attendance
and Conduct:
The Case of a Utility Company in
the United Arab Emirates. Journal of Employee Relations, Vol.30, No.3, pp: 237-250.